Rabu, 11 Mei 2016

TARI NGELIMBANG


Image result for TARI NGELIMBANG
Desa Air Madu yang hanya berjarak kurang lebih 40 Km dari Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur menyimpan banyak kandungan Mineral, butiran biji timah, dan batu besi.Penduduk asli desa ini sebagian besar berkebun berbagai jenis tanaman Lada, Nanas,Umbi-umbian,Karet,Tanaman Rempah-rempah dan lain-lain.
Disamping berladang, menanam padi ditanah tanpa air seperti halnya sawah.Dengan dibukanya kembali lahan-lahan Kuasa Penambangan (KP) milik PT.Timah,Tbk dan Tambang Inkonvensional (TI) serta Tambang Konvensional (TK) baik yang dilakukan penduduk asli Desa Air Madu maupun pendatang suku jawa mengakibatkan penduduk setempat beralih aktivitas sebagai pemilik dan pekerja tambang timah setiap harinya, meskipun ada juga yang bekerja dipenambangan batu besi dan perkebunan kelapa sawit.
Namun bagi kebanyakan ibu-ibu Desa Air Madu saat sekarang lebih mengutamakan pekerjaan ngelimbang timah setiap paginya dibanding mengurus kebun lada mereka , karena harga jual masih rendah bila dibandingkan dengan harga perkilogram biji timah. Biasanya pagi hari Ibu-ibu ini sudah dilokasi penambangan, ini mereka lakukan untuk menambah penghasilan serta kebutuhan hidup sehari-hari.
Seperti yang dilakukan Hamita salah seorang ibu rumahtangga bersama suaminya ngelimbang timah dengan peralatan wajan (kuali) serta ember plastik, mereka sudah mendapatkan 2 sampai 3 kilogram biji timah perhari cuma perlu waktu beberapa jam tanpa harus susah payah beli mesin maupun minyak solar.
Dengan hanya bermodalkan fisik mereka siap memburu biji timah diantara gemeruh air dan pasir . jika harga timah berkisar antara Rp 74000 – Rp 84000 tergantung OC (ukuran kualitas biji timah ) berapa rupiah yang mereka peroleh setiap harinya dibandingkan mereka berkebun .
Lihat saja rumah-rumah penduduk desa air madu sekarang hampir semua kontruksinya pakai beton dan ubin-ubin keramik , tidak seperti dulu Cuma pakai kayu berdinding kulit kayu atapnyapun menggunakan daun sagu atau pohon nangak , belum lagi kendaraan mereka banyak yang sudah punya mobil serta hampir tiap-tiap rumah memiliki lebih darisatu kendaraan bermotor.
Mereka ngelimbang tidak hanya disatu lokasi bekas areal penambangan ,tetapi juga dibanyak kolong-kolong yang telah ditinggalkan pemilik tambang karena defositnya sudah menipis sedangkan biaya operasional lebih tinggi akibatnya ditinggalkan begitu saja tanpa memperdulikan kerusakan kawasan hutan.
Dalam pantauan wartawan Radar- Online disalah satu kawasan lokasi Kampung Timah milik salah seorang aparat kepolisian sedang beroperasi lima set mesin pompa buatan China dan satu peralatan berat Exavator yang siap digunakan untuk pengerukan permukaan areal hutan sampai kedalaman tertentu.
Menurut pekerja, dalam seminggu menghasilkan satu Ton biji timah itu kalau minim atau paling sial, pekerja sendiri diberi upah setiap kg hanya Rp7500,- dipotong uang makan Rp2500,- tinggal sisa Rp5000,- belum termasuk rokok ,jika dilihat berdasarkan penetapan upah minimum Kabupaten Kota diProvinsi Kepulauan Bangka-Belitung Tahun 2010 Zona II untuk pertambangan dan penggalian sebesar Rp1.172.500,- pertanyaannya apakah sudah sesuai bagi pekerja tambang tadi bila berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMR)? jawabnya tentu sudah sesuai bahkan melebihi tergantung hasil biji timah yang diperoleh dalam setiap harinya.
Dengan maraknya dibisnis sektor tambang mengakibatkan bahan bakar solar terus diburu di Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Menurut Staff Administrasi SPBU setiap hari 10 Ton solar dengan harga perliter Rp4500,-,namun sekarang dalam seminggu khusus solar untuk dua hari dikurangi menjadi 5 ton,ini berlaku disemua SPBU yang ada di Kabupaten Belitung timur. Apakah cukup bagi pelaku tambang, pelaku bisnis alat berat, kendaraan pribadi serta bagi suplay nelayan melaut ? oleh karena Demand atau permintaan terus meningkat. Selamat berjuang kaum ibu…(Junras)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar